Matahari bersinar cerah. Langit berhiaskan awan putih yang
saling berjajar seakan mereka sedang berparade. Burung-burung berkicau riang
menandakan tiada mendung yang menjelang. Pagi ini begitu sempurna dan mampu
membakar semangat anak-anak untuk berbaris di lapangan taman kanak-kanak. Tak
nampak seorangpun yang berwajah muram kecuali satu orang yaitu Rey.
Saat Rey tiba di sekolah, tak seorangpun yang tidak
mendapatkan senyum dan sapaan manisnya. Senyuman itu tak berlangsung lama sejak
Rey melihat Pak Dokter datang ke sekolahnya dan masuk ke ruang kesehatan.
Seketika Rey berlari kecil dan bersembunyi di belakang kak Fitri. Tangannya
menggenggam erat baju kak Fitri, sehingga kak Fitri tak bisa bergerak. Sikap
Rey yang berubah drastis ini membuat kak Fitri penasaran. Rey hanya terdiam dan
mengatupkan bibirnya.
Bu Guru memanggil Rey untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.
Rey hanya terdiam seolah mengabaikan panggilan bu guru. Kak Fitri menggapai
tangan Rey dan menggandengnya menuju ruang kesehatan. Untung saja Rey mau
menurut kepada Kak Fitri. Kondisi ini tak berlangsung lama, seketika Rey
berlari setelah melihat Pak Dokter. Kak Fitri berusaha sekuat tenaga
mengejarnya. Bocah cilik ini memang memiliki tenaga yang kuat, larinya begitu
kencang. Rey dan Kak Fitri berlarian hampir mengelilingi sekolah. Hap, Kak
Fitri berhasil menangkap Rey saat dia sedang lengah.
Dibawalah Rey bersama kak Fitri kembali ke ruang kesehatan.
Kali ini bala bantuan datang dari bu guru. Beliau bersiaga jikalau Rey berlari
kembali. Dengan perlahan Rey memasuki ruang kesehatan sambil mennggenggam erat
tangan kak Fitri.
Sampailah Rey dihadapan Pak Dokter yang tak terlihat seperti
separuh baya memakai jas putih, dan menggunkan hadlamp di keningnya. Pak Dokter mengeluarkan stetoskopnya dan
meletakkannya tepat di dada. Kemudian melihat kondisi telinga dengan senter.
Ternyata ada kotoran di telinga Rey. Pak Dokter mengambil alat seperti jarum
dan memasukannya ke dalam telinga Rey. Wajahnya nampak tegang dan tangannya
menggemgam kak Fitri dengan semakin erat. Setelah kotoran telinganya diambil,
Rey mulai bisa melepaskan genggaman tangannya. Tak nampak ekpresi kesakitan
dari Rey. Kemudian Pak Dokter mengukur lingkar kepala dengan sebuah alat
pengukur yang melingkar. Setelah itu giliran berat badan dan tinggi badan yang
diukur. Semua instruksi Pak Dokter diikuti Rey dengan baik.
Rey mendapatkan sebuah permen vitamin sebagai hadiah karena
telah berhasil mengikuti pemeriksaan kesehatan. Muram yang tadinya menyelimuti
wajah Rey, kini berubah menjadi senyum bahagia. Rey lantas berlari girang
menuju kelas. Sesampainya di kelas, Rey memeragakan semua pemeriksaan yang
dilakukan Pak Dokter. Kak Fitri yang melihatnya hanya dapat tertawa dan
terheran-heran dengan tingkah Rey.
Ternyata bagi Rey, kesan dokter di mata Rey itu menakutkan,
karena dulu dia mamanya sering dimarahi Pak Dokter di depan matanya. Rey
beranggapan bahwa dia juga akan dimarahi oleh Pak Dokter seperti mamanya dulu.
Tetapi setelah pemeriksaan kesehatan tadi, dimana Pak Dokter memeriksanya
dengan begitu baik dan sama sekali tak memarahinya, Rey menjadi senang dan tak
takut lagi.
Di kemudian hari, Rey tak lagi berlari saat akan melakukan
pemeriksaan kesehatan.
#30dwcjilid5
#days4
Komentar
Posting Komentar