-Sudut Pandang yang jarang terlihat oleh kebanyakan orang-
“Buk...buk..buk...(baca: Boot, nama julukan untuk sebuah
boneka monyet),” ucapku.
Seorang gadis muda menyahut, “Ibuk? (baca: ibu)”.
Akupun hanya terdiam dan bergumam dalam hati, bukan itu yang kumaksudkan.
Boot ini merupakan sebuah karakter monyet kecil yang banyak
akal dari film kartun yang setiap hari kutonton di televisi. Saking kagumnya
aku akan Boot ini, aku suka menirukan gaya dan kecerdikan akalnya. Hingga pada
suatu hari mama membelikanku boneka Boot yang menjadi sahabat baikku dan
mengikuti aktivitasku bahkan sampai aku tidur.
Aku tak tahu apalagi yang harus kukatakan. Mungkin aku harus
memeperagakan sebuah gerakan supaya gadis itu bisa mengerti. Aku segera beranjak
dari bangku dan menarik tanganya. Dia menoleh ke arahku. Kuperagakan sebuah
aktivitas Boot yang biasa kulihat di televisi.
Masih saja gadis itu kebingungan dan tak mengerti. Ah,
sudahlah mengapa begitu susah menyampaikan kepadanya bahwa aku ingin diambilkan
boneka Boot yang ada di atas lemari. Bagaimana mungkin aku bisa mengambilnya,
bahkan lemari itu tingginya dua kali tinggiku yang masih anak TK ini.
Tuhan mungkin meemberikanku sebuah keterbatasan berupa
keterlambatan bicara sehingga aku sangat susah meyampaikan kepada seseorang apa
yang ingin kuceritakan dengan begitu mudah seperti teman-temanku lainnya, tapi
Tuhan tak begitu saja membiarkanku kesusahan dan menganugerahkanku akal yang
terus berputar layaknya mesin jam yang menggerakkan detiknya.
Kuambil sebuah
bola kecil dan kulempar ke arah atas lemari.
‘Praaaaaaanng’ sebuah raket kecil yang sudah kusam terjatuh
ke lantai dan seketika membuat gadis itu terkejut dan melihat ke arah sumber
suara. Dengan sedikit mengomel gadis itu mengambil raket yang terjatuh dan
menghampiriku yang hanya berdiri terdiam di depan lemari. Wajah gadis itu
seolah dia sedang sangat sebal, tapi seketika berubah saat melihatku. Entah
bisikan apa yang membuatnya melihat ke atas lemari dan menemukan Boot. Gadis
itu terdiam sebentar sambil melihat ke arahku. Dengan tanggap aku menunjuk ke
arah Boot. Kemudian gadis itu tersenyum dan meraih Boot dalam genggangam
tangannya.
“Oh, buk yang kamu maksudkan itu Boot, Rey?” ucap gadis itu
sembari memberikan boneka Boot kepadaku.
“Iyak..(baca: iya),” jawabku sambil tersenyum padanya, “...sik
(baca: terimakasih).”
“Sama-sama, Rey,” jawab gadis itu. Kemudian iya tersenyum
sambil memeluk tubuh kecilku ini.
Dalam pelukannya yang hangat itu kupanggil namanya sambil
mencium pipinya sebagai ungkapan terimakasihku, “...dididik (baca: Fitri),”
begitulah aku memanggil gadis itu.
#30dwcjilid5 #day1
#30dwcjilid5 #day1
Komentar
Posting Komentar